Sugeng Rawuh | Wilujeng Sumping | Selamet Dheteng | Rahajeng Rauh | Salamaik Datang | Horas | Mejuah-Juah | Nakavamo | Slamate Iyoma| Slamate Illai | Pulih Rawuh | Maimo Lubat |

Bogor

Catatan perjalanan 26 Januari 2010
Lama sekali kami tidak menulis di sini, hampir satu tahun, ga kerasa, ngapain aja kami ya... Dari Cirebon kami berputar haluan kembali ke Bogor. Kami pikir ini adalah awal tahun yang bagus, karena di awal tahun 2010 perjalanan akan kami mulai kembali, ternyata setelah perjalanan Bogor ini, masing-masing dari kami disibukkan oleh kegiatan masing-masing, hasilnya tahun ini dibuka di Bogor dan diakhiri di Purwakarta. Purwakarta? Bukankah Purwakarta tidak dilalui jalur Anyer – Panarukan? Betuuuul, kami mulai kehilangan arah di tengah-tengah perjalanan MPK ini, kambing hitamnya adalah waktu, kami tidak punya cukup waktu untuk melanjutkan perjalanan menelusuri Anyer – Panarukan. Makin tua semester kami, semakin banyak tuntutan yang harus diselesaikan, akibatnya perjalanan berbelok ke Purwakarta. Mengenai Purwakarta akan kami bahas pada bagian tersendiri.

Sejarah Bogor


Kota Bogor memiliki sejarah yang panjang dan luas, sepanjang rel kereta api yang menghubungkan Jakarta dan Bogor serta seluas Kebun Raya yang sejauh kita keliling Bogor akan bertemu dengan pagar kebun raya dan pagar kebun raya. Bogor menurut Prasasti Batu Tulis adalah ibukota kerajaan Pajajaran. Menurut Prasasti Batu Tulis, nama-nama kampung seperti dikenal dengan nama Lawanggintung, Lawang Sekateng, Jerokuta, Baranangsiang dan Leuwi Sipatahunan diyakini, bahwa Pakuan sebagai ibukota Pajajaran terletak di Kota Bogor. Kerajaan Pakuan Pajajaran terkenal pada pemerintahan Prabu Siliwangi (mengenai Pakuan Pajajaran dan Prabu Siliwangi kami singgung dalam tulisan Cirebon dan Bandung) yang penobatannya tepat pada tanggal 3 Juni 1482, yang selanjutnya hari tersebut dijadikan hari jadi Bogor berdasarkan penetapan DPRD Kabupaten dan Kota Bogor tahun 1973. Itu sajakah sejarah Bogor? Nanti dulu, akan kami lanjutkan...

Rute Perjalanan


Seperti biasa, perjalanan di mulai dengan berdo’a menurut agama dan kepercayaannya masing-masing dan bertemu di PANGDAM, Dipati Ukur, Bandung. Kami berangkat dari PANGDAM, Dipati Ukur, dengan DAMRI menuju Leuwi Panjang sekira pukul 06.00 WIB, dan empat puluh lima menit kemudian sudah sampai di Leuwi Panjang (ga penting banget menceritakan pengalaman di dalam DAMRI). Untuk informasi kawan, tarif DAMRI DU-Leuwi Panjang, naik, Rp. 200 perak, dari Rp. 1800 menjadi Rp. 2000. Paslah itu. Sampai di Leuwi Panjang, carilah Bus yang cantik namanya, Bella Utama, jurusan Bandung-Bogor AC via Cipularang, tarifnya Rp. 40rb dengan fasilitas ketemu imbang dengan bus BABON (Bandung – Cirebon). Ngeeeeeeng...buspun membawa kami sampai di Bogor sekitar pukul 10.00 WIB (Waktu Indonesia Bogor). Dan kami menginjakkan kaki di terminal yang legendaris, Baranangsiang. Dari sini kami akan menuju pemberhentian pertama, yaitu...Istana Bogor

Istana Bogor


Cara untuk bisa sampai ke Istana Presiden atau biasa disebut Istana Bogor adalah, pertama, anda harus nyampai di Bogor terlebih dahulu, kedua, anda harus berniat untuk pergi ke Istana Bogor dan terakhir, anda harus usahakan biar bisa nyampe ke sana,,,gampang kan...^^

Kantor BAKORWIL dan Balai Kota Bogor


Gedung BAKORWIL
Kalau dari gerbang depan Istana Bogor kita susuri pagar istana tersebut ke arah kanan dimana disepanjang trotoar tersebut banyak para pedagang sayur (lah, depan istana ko ada penjual sayur, emangnya pasar tumpah??). Bukan kawan, itu adalah sayur yang dijual sedikit sekedar untuk memfasilitasi para turis seperti kami yang ingin berbaik hati memberikan makan kepada rusa-rusa istana itu. Seiket sayur harganya seribu rupiah, kalo mau foto-foto sambil tangannya digigit rusa (atau tepatnya berekspresi seolah-olah digigit) untuk diunggah di situs jejaring sosial, silahkan, halal ko, artinya tidak dilarang oleh pengelola istana...^^. Nah susuri aja sepanjang pagar itu, disebelah kanan nanti akan bertemu dengan gedung yang tak kalah cantiknya dengan Istana Bogor, gedung apakah itu? Gedung itu berjudul Gedung Bakorwil, atau kantor Bakorwil atau apalah namanya, milik kota Bogor.

Indonesia Barat