Sugeng Rawuh | Wilujeng Sumping | Selamet Dheteng | Rahajeng Rauh | Salamaik Datang | Horas | Mejuah-Juah | Nakavamo | Slamate Iyoma| Slamate Illai | Pulih Rawuh | Maimo Lubat |

Makam Cut Nyak Dien

Makam Cut Nyak Dien baru ditemukan pada tahun 1959 berdasarkan permintaan Gubernur Aceh, Ali Hasan. Pencarian dilakukan berdasarkan data yang ditemukan di Belanda. Masyarakat Aceh di Sumedang sering menggelar acara sarasehan, dan pada acara tersebut, peserta berziarah ke makam Cut Nyak Dien. Kenapa baru ditemukan tahun 1959, dimungkinkan karena pada saat diasingkan ke Sumedang Belanda melarang menyebutkan identitas nama tahanan, sehingga penduduk setempat tidak mengenal siapa tahanan tersebut. Dalam usia tuanya dan kondisinya yang sakit serta buta, Cut Nyak Dien masih aktif menyebarkan Islam dan mengajar ngaji, oleh karena itu masyarakat setempat menyebuntnya Ibu Perbu atau Ibu Suci.

Kami berjalan ke makam itu, belok kiri, belok kanan, naik dan akhirnya sampai ke tempat tujuan. Posisinya di belakang kantor Bupati tersebut tepatnya belakaaaaaaaang banget (hehehe ^^). Kata penduduk setempat berada di wilayah Gunung Puyuh. Kesan pertama, rame banget, banyak sekali peziarah, mungkin kalo kesananya hari Kamis atau Jum’at lebih rame kali ya. Waktu itu kami kesana hari Sabtu, tapi rame juga. Kami tidak sempat masuk kompleks pemakaman, cuma di depan gerbang dan papan nama penunjuk makam Cut Nyak Dien. Cuma sampai pukul 15.30 kami disitu, berikutnya ke tempat tujuan terakhir, Masjid Tegal Kalong yang full dengan cerita sejarah.

0 comments:

Post a Comment

Indonesia Barat