Sugeng Rawuh | Wilujeng Sumping | Selamet Dheteng | Rahajeng Rauh | Salamaik Datang | Horas | Mejuah-Juah | Nakavamo | Slamate Iyoma| Slamate Illai | Pulih Rawuh | Maimo Lubat |

Monumen Lingga Sumedang


Monumen Lingga Sumedang memiliki bentuk yang cukup unik dengaan ditopang empat anak tangga di empat penjurunya. Sepintas monumen ini berbentuk seperti kempul (salah satu bagian instrumen dalam gamelan, atau kalau kawan-kawan pernah beli es tong-tong, nah yang berbunyi tong-tong itulah yang kami menyebutnya kempul atau kenong juga boleh lah, nti kami cek dulu ya namanya yang bener…^^). Pada bagian dasarnya bebentuk kubus dengan empat sisinya memiliki prasati yang bertuliskan huruf Jawa (hanacaraka) yang berisi sebagai berikut.


Monumen ini berada di tengah-tengah alun-alun Kabupaten Sumedang. Monumen ini didirikan 25 April 1922 yang diresmikan oleh Gubernur Jenderal D. Fock untuk menghormati jasa-jasa Pangeran Aria Suria Atmadja, mantan Bupati Sumedang yang meninggal ketika beribadah haji di Mekah pada tanggal 01 Juni 1921, sehingga sejak saat itu Pangeran Aria Suria Atmadja dikenal juga dengan Pangeran Mekah. Pangeran Mekah merupakan bupati Sumedang yang mewakafkan barang-barang pusaka sesepuh Sumedang dengan maksud tidak boleh diwariskan, tidak boleh digugat oleh siapapun, tidak boleh dijual, tidak boleh diubah-ubah, tidak boleh ditukar dan diganti dengan maksud untuk melestarikan, mengamankan dan menjaga keutuhan pusaka. Barang-barang pusaka tersebut diterima oleh Tumenggung Kusumadilaga dan bersedia mengurusnya sesuai dengan suratnya tertanggal 18 Juni 1919.

Pangeran Mekah juga turut serta membantu serta mencukupi kebutuhan Cut Nyak Dien selama diasingkan di Sumedang sampai saat meninggalnya. Cut Nyak Dien dibawa oleh Pangeran Mekah ke Sumedang karena kondisi Sumedang yang cukup kondusif pada saat itu. Oleh Pangeran Mekah, Cut Nyak Dien ditempatkan di rumah Haji Sanusi di belakang Masjid Agung Sumedang dan dicukupi semua kebutuhannya.


Dari monumen ini, kami melanjutkan ke inti perjalanan, yaitu berfoto-foto di depan Kantor Bupati atau gedung pemerintahan yang bertuliskan kota setempat sebagai bukti bahwa kami pernah ke kota itu. Tapi di dalam laporan perjalanan ini, maap-maap ya bagi yang penasaran dengan wajah-wajah kami (takut makin banyak penggemar nanti…^^), yang kami upload adalah bagian-bagian dari perjalanan tanpa ada personel yang turut serta (kesepakatan ditandatangani di atas materai, hihihi).

Kantor Bupati Sumedang terletak di bagian paling dalam kompleks Kantor Bupati, dimana di dalam kompleks tersebut juga terdapat Museum Geusan Ulun. Museum ini tidak dikelola oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, namun dikelola oleh Yayasan Pangeran Sumedang dimana anggotanya merupakan keturunan dari Pangeran Sumedang tersebut. Yayasan inilah yang mengelola Museum Geusan Ulun Sumedang, dengan bantuan dari Pemda Sumedang dan sumbangan dari masyarakat yang peduli dengan budaya dan sejarah Jawa Barat, khususnya Sumedang.

0 comments:

Post a Comment

Indonesia Barat