Sugeng Rawuh | Wilujeng Sumping | Selamet Dheteng | Rahajeng Rauh | Salamaik Datang | Horas | Mejuah-Juah | Nakavamo | Slamate Iyoma| Slamate Illai | Pulih Rawuh | Maimo Lubat |

Pohon Hanjuang Kutamaya

Sayangnya pohon hanjuang yang ada di situs ini bukanlah pohon yang sama ketika ditanam oleh Eyang Jayaperkosa. Pohon tersebut sudah tumbang karena usia pada tahun 1996, dan sekarang tumbuh persis di tempat aslinya anak dari pohon tersebut, tumbuh dan berkembang dari induknya langsung (ceuna, ceuna saha? Ceuna Pak Hari, Pak Hari eta saha? Pak Hari anu kuncenna situs ieu).  Ada apa si dengan situs pohon hanjuang ini, bagi warga Sumedang dan sekitarnya pasti udah paham jalan ceritanya, tapi bagi kawan-kawan pelancong seperti kami mungkin alangkah baiknya kalo membaca sedikit uraian tulisan kami ini (promosi niyye..hehehe).
Pada masa pemerintahan Prabu Geusan Ulun (menurut Pustaka Kertabhumi I/2) terjadi peristiwa Harisbaya yang terjadi sekira tahun 1507 saka atau 1585 M. Peristiwa ini dimulai ketika Prabu Geusan Ulun pulang berguru dari Demak dan Pajang bersama dengan empat Kandaga Lante. Di Demak Prabu Geusan Ulun berguru agama sedangkan di Pajang berguru ilmu kenegaraan dan ilmu perang. Sepulang dari Demak dan Pajang tersebut, rombongan Geusan Ulun singgah ke Cirebon mengingat Prabu Geusan Ulun adalah putra dari Pangeran Santri yang merupakan salah satu murid Sunan Gunung Jati (Sultan Cirebon). Cerita yang lain manyatakan, mampirnya Prabu Geusan Ulun ke Cirebon adalah mengucapkan selamat kepada Panembahan Ratu yang telah menikahi Harisbaya, putri Pajang berdarah Madura yang tidak lain dan tidak bukan adalah mantan kekasih hati Prabu Geusan Ulun.
Setelah tuan rumah tidur (Panembahan Ratu),  Harisbaya mendatangi tajug keraton dimana Prabu Geusan Ulun menginap dan membujuk Prabu Geusan Ulun agar bersedia membawanya ke Sumedang, apabila tidak mau, Harisbaya mengancam untuk bunuh diri. Akhirnya, pada malam itu juga, Prabu Geusan Ulun beserta rombongan meninggalkan Cirebon tanpa pamit dengan membawa Harisbaya. Pada keesokan harinya, “Tidaaaaaaaaaaaaaaaaaaak, istriku dibawa kabur oleh Prabu Geusan Ulun (mungkin kekgitu reaksi Panembahan Ratu ketika melihat istrinya raib bersama sang tamu..^^)”. Akhirnya prajurit Cirebon mengejar rombongan Prabu Geusan Ulun, namun berhasil dihadang oleh rombongan Sumedanglarang.
Anak Pohon Hanjuang
Nah disinilah peristiwa Hanjuang itu terjadi, sesampai di ibukota Sumedanglarang (Kutamaya), Jaya Perkosa sebagai pemimpin Kandaga Lante membagi tugas kepada tiga rekannya, Nangganan, Kondang Hapa dan Terong Peot membawa Prabu Geusan Ulun ke Kutamaya sedangkan Jaya Perkosa akan menghadapi pasukan Cirebon. Sebelum berangkat, Jaya Perkosa menanam sebuah pohon hanjuang sambil berkata, “Kula nancepkeun ieu tangkal hanjuang, ciri asih ka Prabu Geusan Ulun, mun seug ieu tangkal hanjuang daunna subur, cicireun kula unggul, tapi mun seug ieu tangkal hanjuang layu atawa perang, cicireun kula kasoran di palagan”, yang artinya, saya menanam pohon hanjuang ini sebagai wujud pengabdian kepada Prabu Geusan Ulun, jika pohon hanjuang ini subur, pertanda saya menang perang, namun ketika pohon ini layu atau mati, pertanda saya gugur di medan perang. Setelah itu berangkatlah Jaya Perkosa ke medan laga guna menghantam pasukan Cirebon yang berhasil dipukul mundur oleh pasukan Sumedanglarang.
Di Kutamaya, Prabu Geusan Ulun menunggu Jaya Perkosa dengan cemas, dan dengan anjuran Nangganan, tanpa melihat terlebih dahulu pohon Hanjuang, akhirnya Prabu Geusan Ulun memindahkan kerajaan ke Dayeuh Luhur, sejak itu pusat Kerajaan Sumedanglarang berpindah dari Kutamaya ke Dayeuh Luhur. Singkat cerita, Jaya Perkosa kembali ke Kutamaya membawa kemenangan, namun melihat kerajaan telah ditinggalkan sedangkan pohon Hanjuang masih hidup dan subur, Jaya Perkosa menyusul Prabu Geusan Ulun ke Dayeuh Luhur, sesampai disana Jaya Perkosa emosi dan membunuh Nangganan yang telah mengkhianatinya sumpah setia Jaya Perkosa dengan menyarankan Prabu Geusan Ulun untuk memindahkan kerajaan tanpa melihat pohon hanjuang terlebih dahulu. Setelah membunuh Nangganan, Jaya Perkosa meninggalkan Sumedanglarang dan bersumpah tidak akan mengabdi pada siapapun.
Pohon tersebut ditanam oleh Jaya Perkosa tahun 1585 M sampai akhirnya tumbang pada tahun 1996 dalam usia 411 tahun (wew…). Begitulah singkat cerita pohon hanjuang di Kutamaya, wujud kesetian seorang Kandaga Lante kepada Prabu Geusan Ulun namun terkhianati….begitulah tragedi dan sisa-sisa cerita kejayaan sebuah kerajaan besar di Jawa, Sumedanglarang.

0 comments:

Post a Comment

Indonesia Barat