Sugeng Rawuh | Wilujeng Sumping | Selamet Dheteng | Rahajeng Rauh | Salamaik Datang | Horas | Mejuah-Juah | Nakavamo | Slamate Iyoma| Slamate Illai | Pulih Rawuh | Maimo Lubat |

Katedral Bogor, Stasiun Bogor dan Taman Topi


Katedral
Kalau kita belok kanan kita akan sampai di Jl. Kapten Muslihat dan jika tidak menyebrang, maka kita akan kelewatan Katedralnya, maka kamipun menyebrang terlebih dahulu karena posisi Katedral berada di sebelah kiri jalan. Kami akan mulai menceritakan tentang sejarah Katedral ini.
Gereja Katedral ini dibangun sekitar tahun 1896 oleh MYD. Claessens. Gereja ini memiliki nama paroki resmi Santa Perawan Maria. Awalnya merupakan sebuah gereja Paroki Bogor yang termasuk dalam wilayah Prefektur Apostolik Sukabumi, yang kemudian berubah menjadi Keuskupan dengan nama Keuskupan Bogor. Gereja Paroki Bogor inipun dijadikan sebagai Gereja Katedral Keuskupan Bogor. Sesingkat itukah? Engga, gereja ini memiliki sejarah yang panjang.

Sebelum tahun 1896, sebelum gereja ini di buat, awalnya adalah sebuah rumah dengan pekarangan luas yang dibeli oleh Mgr. AC. Claessens pada tahun 1881. Semula tempat tersebut dipergunakan sebagai tempat peristirahatan dan Misa Kudus para tamu dari Batavia, pada tahun itu pula MYD. Claessens mulai menetap di Bogor. Pada tahun 1886, MYD. Claessens mendirikan Panti Asuhan untuk anak-anak dan dikembangkan menjadi Yayasan Vincentius tahun 1887, sampai pada tahun 1888 mendapat pengakuan dari Pemerintah Hindia Belanda. Pada tahun 1895, Mgr. AC. Claessens meninggal dan pada tahun 1896, MYD Claessens mulai membangun gereja yang sekarang dikenal dengan Gereja Katedral.
Pada tahun 1907, MYD. Claessens kembali ke Belanda dan Stasi misi tetap Bogor ditangani oleh Pastor Antonius Petrus Fransiskus van Velsen, SJ. Pada tahun 1924, Pastor Antonius diangkat menjadi Vikaris Apostolik Batavia, sehingga Bogor diserahkan kepada Pastor OFM Conventual. Pada November 1957, Paroki Bogor dipisahkan dengan Vikariat Apostolik Batavia dan digabungkan dengan Prefektur Apostolik Sukabumi. Pada tahun 1961, Prefektur Apostolik Sukabumi ditingkatkan statusnya menjadi Keuskupan dengan nama Keuskupan Bogor, dan gereja inilah yang dijadikan sebagai Gereka Katedral Keuskupan Bogor.
Begitu ceritanya, tak paham persis maksudnya, tapi gereja ini memiliki sejarah yang panjang dan peranan yang penting dalam perkembangan Katolik di Bogor dan sekitarnya.
Diseberang Katedral ini terdapat DPRD Bogor, tapi tidak kami ambil gambarnya (karena satu dan lain hal yang tidak kami sebutkan alasannya...^^). Jika luruss terus menyusuri Jl. Kapten Muslihat ini makan kita akan bertemua dengan Matahari Dept. Store di sebelah kiri jalan dan Taman Topi di sebelah kanan jalan. Mau kemana yo? Jam sudah menunjukkan pukul 12 lebih, waktunya check point alias makan, maka kamipun belok kiri dulu deh, mengisi amunisi.
Kenyang dan uangpun berkurang, kami melanjutkan perjalanan, keeee...Stasiun Bogor, baru pas baliknya ke Taman Topi.
Stasiun Bogor
Pada tahun 1872, Batavia membuat jalur kereta api yang menghubungkan Batavia dan Buitenzorg untuk mempermudah akses, dan untuk itupula dibentuklah stasiun sebagai tempat berhentinya kereta (kalau tidak ada stasiun bisa nyelonong ntah kmana tuh kereta,hahaha ^^). Stasiun ini didirikan tahun 1881, terlihat dari tulisan 1881 di bangunannya. Stasiun Bogor berada di ketinggian sekitar 248 m di atas permukaan air laut terlihat juga dari tulisan BOGOR + 248m. Umumnya stasiun ini memberangkatkan Kereta Rel Listrik (KRL) menuju Jakarta, dan Kereta Rel Diesel (KRD) menuju Sukabumi. Tidak banyak yang kami lihat di stasiun ini, gedungnya bagus, masih kokoh, tapi di luarnya ngujubile semrawut, parkir, PKL, angkot dll. Kesimpulannya, kurang nyaman...(punteng-puntennya, tapi begitulah keadaannya menurut kami). Kamipun balik ke tempat semula untuk melihat Taman Topi n ada patung siapa si itu yang lagi mejeng di depannya. Mari kita cari tahu.
Kapt. Muslihat
Kesan pertama yang kami lihat dari taman topi hanyalah berupa tempat terbuka yang banyak bangunan menyerupai topi, mungkin dari situlah nama taman topi berasal. Seperti halnya Stasiun Bogor, keadaan taman topi juga terkesan semrawut. Tapi setelah kami ke Museum Perjuangan Bogor, barulah kami tahu ternyata disinilah konon, Kapten Muslihat gugur ketika penyerangan PETA ke Markas Polisi yang diduduki Inggris, 25 Desember 1945. Oleh karena itu dibuatlah monumen patung Kapten Muslihat yang sedang mengomandoi pasukannya...(maaf deh tadi dibilang mejeng...^^). Konon, sebelum Kapten Muslihat menghembuskan nafasnya yang terakhir sempat berujar, “urang pasti meunang, jeung Indonesia bakalan merdeka” yang artinya, kita pasti menang dan Indonesia akan merdeka.
Jauh ke belakang, taman ini adalah Tamah Wilhelmina pada masa kompeni yang berfungsi sebagai tempat istirahat dan menunggu jemputan para tamu yang datang dari Batavia melalui Stasiun Bogor. Taman topi juga dikenal dengan Taman Ade Irma Suryani yang mana sebelumnya dikenal juga dengan nama Taman Kebon Kembang, tempat berwisata masyarakat Bogor. Sekarang jauh dari kesan taman, karena banyak angkot yang mangkal, entah memang terminal angkot atau terminal bayangan mengingat letaknya yang strategis, yaitu di dekat stasiun. Kawasan ini dikenal juga dengan Plaza Kapten Muslihat, karena ada patungnya, ada nama jalannya dan ada apa lagi ya yang berhubungan dengan Kapten Muslihat...^^ disini juga terdapat Tourist Information Center, tempat orang bertanya dan tempat orang menjawab pertanyaan kayaknya, ^^ tapi kami tidak membutuhkan itu, karena kami punya penduduk semi lokal walaupun Cuma tiga tahun disini.^^
Lepas dari sini kami belok kanan, atau kembali menyusuri Jl. Kapten Muslihat menuju Museum Perjuangan Bogor.

0 comments:

Post a Comment

Indonesia Barat