Sugeng Rawuh | Wilujeng Sumping | Selamet Dheteng | Rahajeng Rauh | Salamaik Datang | Horas | Mejuah-Juah | Nakavamo | Slamate Iyoma| Slamate Illai | Pulih Rawuh | Maimo Lubat |

Kantor BAKORWIL dan Balai Kota Bogor


Gedung BAKORWIL
Kalau dari gerbang depan Istana Bogor kita susuri pagar istana tersebut ke arah kanan dimana disepanjang trotoar tersebut banyak para pedagang sayur (lah, depan istana ko ada penjual sayur, emangnya pasar tumpah??). Bukan kawan, itu adalah sayur yang dijual sedikit sekedar untuk memfasilitasi para turis seperti kami yang ingin berbaik hati memberikan makan kepada rusa-rusa istana itu. Seiket sayur harganya seribu rupiah, kalo mau foto-foto sambil tangannya digigit rusa (atau tepatnya berekspresi seolah-olah digigit) untuk diunggah di situs jejaring sosial, silahkan, halal ko, artinya tidak dilarang oleh pengelola istana...^^. Nah susuri aja sepanjang pagar itu, disebelah kanan nanti akan bertemu dengan gedung yang tak kalah cantiknya dengan Istana Bogor, gedung apakah itu? Gedung itu berjudul Gedung Bakorwil, atau kantor Bakorwil atau apalah namanya, milik kota Bogor.


Gedung ini dulunya adalah Kantoor Assisten Resident yang fungsinya sebagai kantor karesidenan Hindia Belanda. Gedung ini dibangun sekitar abad XIX (sembilan belas) berati antara tahun 1800 – 1899, tahun berapakah tepatnya?? Kami tak tau pasti, pemerintah kotapun tak tau pasti, anak sekolahan di Bogor, mamang yang jualan somay depan kantor, pak polisi di seberang itupun tak tau pasti, jadi cukup ditulis sekitar abad XIX, aman sudah...^^
Yang bisa kami deskripsikan hanya luarnya aja, karena kami g masuk, segen sama bapak-bapak satpol PP yang ngejaga di luar, takut ditanya2, diminta nomer telp dan laen2...^^, akhirnya kami Cuma bisa mengamati, memfoto dan kami tinggal pergi. Gedung ini dua lantai, dengan arsitektur gaya kolonial Belanda banget, kalau dilihat-lihat lagi mirip dengan gedung Bakorwil Purwakarta (nanti kami ceritakan, janji...), tapi yang Purwakarta satu lantai. Gedung ini nampak kokoh dengan pilar-pilar yang menyangga. Pilar-pilar tersebut tidak hanya ada di lantai satu, dilantai duapun terdiri pilar-pilar yang terpisah dengan pilar-pilar yang ada di lantai satu.
Kami tak tau banyak tentang gedung ini, tapi syukurlah gedung ini terawat dengan baik, sayang banget kalo ditelantarkan seperti beberapa gedung bersejarah lainnya di kota-kota yang sempat kami kunjungi (tidak kami sebutkan nama kotanya nanti dikira pencemaran nama baik dan kami dituntut dengan undang-undang ITE, hehehe).
Tepat di depan, atau di apa namanya, aga kesamping kanan gedung ini (kalau gedungnya menghadap kita sebelah kanannya, tapi kalo kita ngelihat gedung itu maka ada di sebelah kirinya, bingung tak?? ^^) ada hotel yang terkenal seantero Bogor, Hotel Salak namanya. Hotel ini dibangun tahun 1856 oleh Pemerintah Belanda dengan nama Binnenhoff Hotel atau Belleuve Hotel (kami roaming mendengar namanya, tak tau artinya jadi tak bisa kami jelaskan di sini). Hotel ini sengaja di buat untuk memfasilitasi para meneer dan meuvrow (emang gini tulisannya??) dari Batavia yang melancong ke Bogor. Hotel ini terkenal karena menyajikan pemandangan langsung ke Gunung Salak dan Sungai Cisadane. Sekarang hotel ini bernama Hotel Salak. Pada masa Jepang, hotel ini menjadi Markas Kempetai atau Polisi Militer Jepang.
Sayang beribu sayang, kami tidak mendapatkan gambar Hotel Salak, menurut alasan sang tukang jepret, pertama, viewnya banyak pohon-pohonnya jadi ga dapat angle yang tepat untuk dipoto, kedua, banyak tukang penjaganya, yang biasanya suka nanya-nanya. Tapi dari itu semua, kami berkesimpulan, tukang jepret kami yang kurang pandai mengambil gambar (walaupun kami menerima saja alasannya yang kurang masuk akal itu...^^). Baik Hotel Salak maupun Kantor Bakorwil terletak di Jl. Ir. H. Djuanda yang dulu merupakan jalur utama atau Grotepostweg Anyer – Panarukannya Daendels.

Balai Kota Bogor
Mumpung masih ada di Jl. Ir. H. Djuanda di sebelah kiri (sudut pandang kami) Hotel Salak ada Balai Kota Bogor, tidak tepat di sebelah kiriny sebetulnya, tapi tidak jauh dari situ lah. Balai Kota disebut juga dengan Burgermeester, dimana di Bogor ini gedungnya dibangun sekitar tahun 1950 dengan arsitektur gaya campuran Sunda dan Belanda. Dahulu gedung ini bernama Societeit yang dulu dipergunakan untuk...untuk...untuk apa ya? Kurang informasi eh, jadi blank, hehehe...intinya sekarang sebagai kantor Walikota Bogor. Kamipun tidak bisa menceritakan detail bangunan ini, karena kami harus segera melanjutkan perjalanan, jam sudah menunjukkan pukul 11.47, kami molor dari jadwal kami, maka kamipun segera beranjak.
Dari sini kami menelusuri Jl. Ir. H. Djuanda itu sampai ketemu pertigaan, belok kanankah? Atau luruskah? Bagaimana anggota 1? Ada usulan? “begini” (kata anggota kami yang pernah tinggal selama 3 tahun untuk menuntut ilmu di kota ini). Kalau belok kanan akan bertemu dengan Katedral, Kantor DPRD, Stasiun Bogor, Taman Topi dan Museum Perjuangan Bogor. Kalau lurus akan bertemu dengan ZEBAOTH dan Kebun Raya. Seperti yang telah kami rencanakan sebelumnya, maka kamipun belok ke kanan, laporan perjalanan akan kami medley mulai dari Katedral, Stasiun, dan Taman Topi.

0 comments:

Post a Comment

Indonesia Barat