Informasi mengenai Loji ini dari seorang kawan bernama Disma Prasaja, pemuda asli Sumedang ini memperkenalkan Loji sebagai salah satu peninggalan Belanda yang sayang untuk ditinggalkan. Berbekal informasi itu, setelah keluar dari kampus UNPAD, gerbang yang ada bank BNInya, (pintu yang sebelah…..sebelah mana ya, pokoknya pintu gerbang pas kita turun dari DAMRI. Ada beberapa pintu sebenarnya, yang pas masuknya DAMRI sama pintu pas keluarnya DAMRI atau bus jurusan Bandung – Cirebon, nah yang kita ambil pintu yang masuknya DAMRI). Dari pintu itu kita belok kanan trus naik luruuuus aja ke arah kampus Universitas Winaya Mukti (UNWIM), nah betul, ke arah bumi perkemahan Kiara Payung juga (pada tahun 2006 dipakai sebagai Jambore Nasional Pramuka).
Setelah jalan sekira 15 menit, sebelah kiri jalan ada sebuah menara bergaya neo gothic, konon katanya dibangun sekitar tahun 1800 an. Katanya, menara tersebut berfungsi sebagai sirena yang berbunyi pada waktu-waktu tertentu sebagai tanda kegiatan yang berlangsung di perkebunan karet. Katanya lagi, dulu menara itu berbunyi tiga kali, pertama pukul 05.00 sebagai tanda untuk memulai menyadap karet; kedua pukul 10.00 sebagai penanda untuk mengumpulkan mangkok getah karet dan ketiga, pukul 14.00 sebagai penanda berakhirnya kegiatan produksi karet. Sayang bangunan bersejarah itu nampak tak terawat, disampingnya ada lapangan basket yang sering dipakai anak-anak ntah SMA mana itu untuk main basket atau sekedar nongkrong plus pacaran. Poto-poto 10 menit cukuplah, perjalanan dilanjutkan ke pusat Kabupaten Sumedang.
0 comments:
Post a Comment