Sugeng Rawuh | Wilujeng Sumping | Selamet Dheteng | Rahajeng Rauh | Salamaik Datang | Horas | Mejuah-Juah | Nakavamo | Slamate Iyoma| Slamate Illai | Pulih Rawuh | Maimo Lubat |

Asal Usul Bandung

Kata salah satu acara di tipi, kalau asal jangan usul, kalau usul ga boleh asal...hehe, pada bagian ini akan kami tulis mengenai asal-usul Bandung yang tentunya tidak asal. Pada abad ke-2 di pantai barat (Jawa Barat) terdapat kerajaan Salakanagara yang kemudian menjadi wilayah kerajaan Tarumanagara yang menguasai daerah sebelah utara Jawa Barat, sampai akhirnya Sri Maharaja Purnawarman berhasil menguasai seluruh wilayah Jawa Barat. Salah seorang menantu Suryawarman (Raja Tarumanagara ke tujuh), yakni Resiguru Manikmaya diberi hadiah daerah Kendan (sekarang daerah Nagreg, Cicalengka). 


Wuretikandayun, penguasa Kendan ke delapan memindahkan pusat pemerintahan ke Karang Kamulyaan (sekarang Ciamis) dan menamakan daerah ini Galuh. Tahun 670 Galuh memerdekakan diri dari kerajaan Sunda dan menjadi sebuah negara baru dengan wilayah kekuasaan sebelah timur Sungai Citarum. Dengan demikian, Tarusbawa sebagai Raja Tarumanagara (kerajaan Sunda) hanya berkuasa atas wilayah sebelah Barat Sungai Citarum. 600 tahun kemudian (komik dan film mode on..^^), sekitar tahun 1012, Maharaja Dewa Sanghiyang menjadi penguasa kerajaan Sunda dan Galuh dan disatukan kembali. Pada era Prabu Niskala Wastu Kencana (1371 – 1475) Sunda menjadi kerajaan besar, dan Niskala menjadi Mahaprabu Niskala. Setelah era itu, kerajaan Sunda dan Galuh kembali pecah sampai akhirnya, Raja Galuh, Prabu Sribaduga Maharaja (Prabu Siliwangi) menyatukan kembali Galuh dan Sunda menjadi kerajaan Pakuan Pajajaran. Sebelum kerajaan Pajajaran runtuh, kekuasaan diberikan kepada kerajaan Sumedang Larang pada era Tajimalela, sehingga Pajajaran menjelma menjadi kerajaan Sumedang Larang.
Sumedang Larangpun akhirnya jatuh ke tangan Cirebon dan akhirnya menjadi wilayah kerajaan Mataram sekitar tahun 1620 an. Kerajaan Mataram mengganti Sumedang Larang menjadi sebuah kadipaten, Priangan. Salah satu wedananya yang terkenal adalah Dipati Ukur (1625 – 1629) yang berasal dari Tatar Ukur (sekitar Ciparay sekarang). VOC menyebut daerah Tatar Ukur ini sebagai Nagorij Bandong dan kemudian West Oedjoeng Beroeng. Tahun 1641, Kerajaan Mataram membagi Priangan ke dalam beberapa kabupaten yang baru, Sumedang, Parakanmuncang, Ukur dan Sukapura. Kerajaan Mataram memberikan kuasa kepada Ki Astamanggala menjadi Mantri Agung di Kabupaten Bandung dengan gelar Tumenggung Wira Angun-Angun. Tumenggung Wira Angun-Angun membangun pusat pemerintahan di Krapyak (Dayeuh Kolot sekarang) pada tanggal 20 April 1641, sehingga ditetapkan sebagai hari jadi Kabupaten Bandung. Tahun 1705 wilayah Mataram resmi menjadi wilayah VOC dan tahun 1799 VOC menyerahkan wilayahnya kepada Republik Bataafsche Belanda.
Tahun 1808, Gubernur Jenderal HW. Daendels membagi Priangan dalam lima kabupaten, Sumedang, Ukur, Cianjur, Krawang dan Parakanmuncang yang kemudian dikenal sebagai Preanger Regentschapen. Tahun 1815, pada era pemerintahan Inggris, Priangan menjadi karesidenan yang beribukota di Cianjur yang terdiri dari Kabupaten Sumedang, Bandong, Cianjur dan Parakanmuncang. (tunggu sebentar, tahun 1815, Inggris sudah menyebut nama Bandong, berarti mulai kapankah nama Bandong itu muncul? Era VOC masih Ukur, selang beberapa tahun menjadi Bandong…bagaimana ceritanya?).
Nama Bandung atau Bandong atau Bandoeng telah muncul dalam arsip-arsip Belanda sejak tahun 1600 an. Diantaranya:
1.       Laporan Juliaen de Silva (1641) atas keberadaan sebuah negeri bernama Bandong (negrije genaemt Bandong) yang terdiri dari 25 – 30 rumah;
2.       Peta Nagorij Bandong (1726) dalam buku Oud en Nieuw Oost Indian karya Fr. Valentijn yang menunjukkan keberadaan sebuah tempat dengan nama Bandong di selatan Gegerkalong Hilir;
3.       Peta Plan der Nagorij Bandong (sekitar 1825);
4.       Tarif pos pengiriman surat di Pulau Jawa tahun 1821 mencantumkan nama kota Bandong, sedangkan tahun 1847 berubah menjadi Bandoeng;
Melihat data tersebut, besar kemungkinan nama Bandong diambil dari nama desa yang ada dalam laporan Juliaen de Silva, sedangkan perubahan dari nama Bandong menjadi Bandoeng dan kemudian Bandung akibat perubahan ejaan bahasa penguasa pada waktu itu.
Itulah singkat cerita tentang sejarah Kabupaten Bandung, loh kok Kabupaten, bagaimana dengan Kota Bandung? Tentang itu akan kami bahas berkaitan dengan monumen Bandung nol kilometer. Pernah dengar kan? Itu sangat erat hubungannya dengan Kota Bandung yang kita kenal saat ini. 

Bersambung....

0 comments:

Post a Comment

Indonesia Barat